Rabu, 21 Maret 2012
Mengajar adalah mengarahkan pada sesuatu yang hanya bersifat pada penguasaan pengetahuan
Mendidik adalah mengarahkan kepada yang lebih baik hanya orientasinya tidak hanya pengetahuan tapi juga moral (akhlak)
Membimbing adalah mengarahkan kepada sesuatu hanya pada standar tertentu
Melatih adalah mengarahkan kepada keterampilan atau keahlian yang lebih baik
Tugas pendidik bukan hanya mengajarkan tetapi juga membimbing kepada ketercapaian akhlak yang baik. Guru sebagai konselor juga harus membimbing kepada yang lebih baik, baik itu mental, pengetahuan, moral dan sebagainya.
Konselor harus mengetahui dan memahami berbagai karakter murid, agar menemukan metode pembelajaran apa yang paling baik untuk membimbing murid.
Moral dalam perspektif Ibnu Miskawaih
Dalam bukunya “Tahdzib al-Akhlaq wa Tath-hir al-A’raq” Miskawaih menguraikan bahwa jika manusia mempunyai tiga kekuatan yang bertingkat-tingkat sebagai berikut:
1. An-Nafs al-Bahimiyah (nafsu kebinatangan) yang buruk;
2. An-Nafs al-Sabu’iyah (nafsu binatang buas) yang sedang;
3. An-Nafs al-Nathiqiyah (jiwa yang cerdas) yang baik.
Sifat buruk dari jiwa telah mempunyai kelakuan berani babi, pengecut, ujub (ponggah), sombong, suka olok-olok, penipu. Sedangkan sebagai Khususiyat dari jiwa yang cerdas ialah mempunyai sifat adil, harga diri, berani, pemurah, benar, dan cinta. Kebajikan bagi suatu makhluk yang hidup dan berkemauan ialah apa yang dapat mencapai tujuan dan kesempurnaan wujudnya. Segala yang wujud ini baik jika ia mempunyai persediaan yang cukup guna melaksanakan sesuatu tujuan. Tetapi orang memiliki perbedaan yang pokok dalam bakat yang dipunyainya.
Selanjutnya menurut Miskawaih, di antara manusia ada yang baik dari asalnya. Golongan ini tidak akan cenderung berbuat kejahatan. Namun golongan ini adalah minoritas. Sedangkan golongan yang mayoritas adalah golongan yang dari “sono”nya sudah cenderung kepada kejahatan sehingga sulit ditarik untuk cenderung kepada kebaikan. Sedangkan di antara kedua golongan tersebut ada yang dapat beralih kepada perhatian atau kejahatan. Hal ini tergantung pada pendidikan dan lingkungan ia hidup.
Berbicara tentang kebaikan, Miskawaih menerangkan bahwa kebajikan ada kalanya bersifat umum dan bersifat khusus, ada kebajikan mutlak dan ada ilmu pengetahuan yang luhur di mana orang yang baik akan berusaha mencapainya. Kebaikan yang bersifat umum adalah menjadi tujuan semua orang, yaitu kebaikan bagi seluruh manusia dalam kedudukannya sebagai manusia sedangkan yang bersifat khusus adalah kebaikan yang relatif bergantung pada setiap orang yang berusaha memperolehnya.
Selain hal-hal tersebut di atas, diuraikan juga tentang akhlak, perihal keadilan, perihal cinta dan persahabatan serta perihal pengobatan penyakit-penyakit jiwa. Dengan demikian maka Miskawaih telah banyak meletakkan dasar-dasar etika atau pembahasan akhlak secara teoritis. Dapat disebutkan di sini buku-buku lain Miskawaih yang membahas khusus tentang etika Islam di antaranya adalah: al-Akbar, Taharat al-Nafs, dan kitab Tartib al-Sa’adat yang membicarakan etika dan politik. Sehingga dalam perkembangan filsafat Islam, Miskawaih mendapat sebutan Bapak etika Islam, karena beliaulah yang mula-mula mengemukakan teori khusus tentang etika secara lengkap.

About Me

Foto Saya
Lingga S. Anshary
sulit sekali untuk mengambil keputusan, namun setelah keputusan diambil yang ada hanya kelegaan karena kita hanya harus melakukannya...
Lihat profil lengkapku
Selamat Datang
di Halamanku,,,,

Penayangan bulan lalu

Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer